Penulis: Maulida Hidayatun Nisa'
Laut memiliki banyak potensi di dalamnya,salah satunya adalah potensi kekayaan dan keanekaragaman biota laut seperti ikan. Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan protein,oleh karena itu banyak orang yang menangkapnya untuk di konsumsi maupun dijual.
Dahulu orang menangkap ikan dengan memancing dan menombak di dalam air,namun kini pengetahuan sudah berkembang sehingga hal itu di anggap tidak menguntungkan. Ada berbagai cara untuk menangkap ikan salah satu diantaranya adalah menggunakan cantrang,namun hal itu dilarang oleh pemerintah karena dapat menyebabkan rusaknya ekosistem laut.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Kalau menggunakan cantrang sudah pasti karang dan ikan-ikan kecil ikut terangkat, habitat menjadi rusak, dan ikan pun makin jarang ditemui lagi.
Seharusnya pemerintah gencar bersosialisasi dan mencarikan solusi pengganti cantrang,karena masih banyak yang belum tahu dampak penggunaan cantrang bagi ekosistem laut. Bukan sekadar melakukan pelarangan, pemerintah juga harus melakukan edukasi sehingga tidak akan dianggap menyusahkan dan merugikan nelayan.
Dengan adanya larangan penggunaan cantrang dan beralih ke alat penangkap ikan yang ramah lingkungan dapat meningkatkan penghasilan para nelayan tanpa harus mengurangi bahkan merusak ekosistem. Meskipun jumlah tangkapan ikan menurun karena alat tangkap yang digunakan lebih selektif, namun nilai produksinya justru melonjak.
Dan kali ini banyak terjadi aksi demo mengenai pelarangan menggunakan cantrang. Keputusan pemerintah mengenai pelarangan menggunakan cantrang sudah tepat karena untuk meminimalisir kerusakan laut.Mengenai hal ABK(Anak Buah Kapal) yang menganggur karena keputusan ini dapat diatasi dengan alternatif lain. Persoalan sekarang adalah bagaimana cara pemerintah untuk mengatasi masalah ini sehingga tidak terjadi pro-kontra.
* Penulis adalah Siswa SMA Negeri 1 Pamotan kelas XI IPS 5
Laut memiliki banyak potensi di dalamnya,salah satunya adalah potensi kekayaan dan keanekaragaman biota laut seperti ikan. Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan protein,oleh karena itu banyak orang yang menangkapnya untuk di konsumsi maupun dijual.
Dahulu orang menangkap ikan dengan memancing dan menombak di dalam air,namun kini pengetahuan sudah berkembang sehingga hal itu di anggap tidak menguntungkan. Ada berbagai cara untuk menangkap ikan salah satu diantaranya adalah menggunakan cantrang,namun hal itu dilarang oleh pemerintah karena dapat menyebabkan rusaknya ekosistem laut.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Kalau menggunakan cantrang sudah pasti karang dan ikan-ikan kecil ikut terangkat, habitat menjadi rusak, dan ikan pun makin jarang ditemui lagi.
Seharusnya pemerintah gencar bersosialisasi dan mencarikan solusi pengganti cantrang,karena masih banyak yang belum tahu dampak penggunaan cantrang bagi ekosistem laut. Bukan sekadar melakukan pelarangan, pemerintah juga harus melakukan edukasi sehingga tidak akan dianggap menyusahkan dan merugikan nelayan.
Dengan adanya larangan penggunaan cantrang dan beralih ke alat penangkap ikan yang ramah lingkungan dapat meningkatkan penghasilan para nelayan tanpa harus mengurangi bahkan merusak ekosistem. Meskipun jumlah tangkapan ikan menurun karena alat tangkap yang digunakan lebih selektif, namun nilai produksinya justru melonjak.
Dan kali ini banyak terjadi aksi demo mengenai pelarangan menggunakan cantrang. Keputusan pemerintah mengenai pelarangan menggunakan cantrang sudah tepat karena untuk meminimalisir kerusakan laut.Mengenai hal ABK(Anak Buah Kapal) yang menganggur karena keputusan ini dapat diatasi dengan alternatif lain. Persoalan sekarang adalah bagaimana cara pemerintah untuk mengatasi masalah ini sehingga tidak terjadi pro-kontra.
* Penulis adalah Siswa SMA Negeri 1 Pamotan kelas XI IPS 5
Tags
Kelautan Indonesia