Rujak Buah Tropis Menghiasi Pembelajaran Kelas Kami

Rujak Buah Tropis Menghiasi Pembelajaran Kelas Kami


Tulisan ini dibangun dari sudut pandang pengganti orang pertama. Tulisan menceritakan pengalaman, seolah-olah  para siswa sedang rujaan bersama. Seolah-olah, tulisan ini adalah curahan pengalaman bermaknya para siswa yang telah melakukan rujaan bersama. 

Pembelajaran membuat jenis makanan berbahan buah segar yang dilumuri sambal ini dilakukan pada hari Rabu 23 Agustus 2023, merupakan pembelajaran yang telah diskenariokan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama adalah pembagian membawa buah. Tahap kedua, proses rujaan. Tahap ketiga, sarasehan rujak. Adapun kata "Kami" dalam cerita tulisan kali ini adalah seolah-olah mewakili seluruh siswa kelas XII IPS 3. Dalam mempersiapkan pembelajaran ini, para siswa telah literasi dengan membaca dan merespon artikel yang berjudul Tradisi Masyarakat Buah Tropis. Selamat Membaca. 

kunjungi artikel Tradisi Masyarakat Buah Tropis

Pembagian membawa buah merupakan tahap pertama, dimana kami seluruh siswa mengindentifikasi buah-buahan tropis yang biasa digunakan untuk membuat rujak. Buah yang kami identifikasi adalah buah-buahan lokal, bukan buah import. Kami diyakinkan, dengan memilih buah lokal, ekosistem budidaya buah akan kokoh. Beberapa buah lokal yang ada disekitar tempat tinggal kami, berhasil kami identifikasi. Buah-buahan tersebut diantaranya nanas, kedondong,  mangga, timun, krai, blimbing, bengkowang, semangka, dan melon. Setiap deret bangku kelas kami, membawa jenis buah yang berbeda untuk kami bawa. Beberapa deret bangku juga ada yang membawa sambal dan kerupuk untuk pelengkap rujak'an. 

Tepatnya pada hari Rabu 23 Agustus 2023 kelas kami membawa semua bahan rujak. Ini adalah tahap kedua kegiatan kami. Kami berkumpul di halaman depan kebun obat dan tanaman pangan yang lokasinya disudut utara sekolah. Aktivitas mengupas buah, membuat sambal, dan menata rujak di ruang musik kami lakukan bersama-sama. 

Tak lama kemudian, kami memasuki ruang musik untuk melakukan pembelajaran sosiologi dengan media rujak buah tropis. Kami duduk melingkar bersama dengan aktivitas menata buah-buahan yang telah kami kupas. Kami iris tipis segi tiga dan sesekali terdapat irisan yang tidak beraturan. Setelah irisan buah dan sambal telah siap, segera kami mengemas rujak. Pada sesi ini kami cukup senang karena kami berhasil bekerja sama membuat rujak. 



Pelajaran menarik pada siang itu, bukan hanya rujaan bersama. Kami juga belajar berbagi rujak dengan cara memberi bungkusan rujak buah tropis kepada Kepala Sekolah, Bapak Ibu Guru, Bapak Ibu Tata Usaha, dan Bapak Ibu BK. Kami benar-benar sedang belajar berbagi layaknya tradisi berbagi yang kerap dilakukan oleh keluarga kami di lingkungan desa. 

Memasuki tahap ketiga, kami bersama-sama belajar makna rujak buah tropis. Dalam benak hati kami, kenapa kok tidak segera menikmati rujak? Dengan sedikit menahan nafsu makan rujak siang itu, kami diskusi sebentar tentang pelajaran penting dalam rujaan. 

Dengan dipandu Guru Sosiologi, perbincangan kami diarahkan pada fenomena perubahan iklim. Mendengar arahan itu, kami mendapatkan kebingungan kali kedua setelah mendapatkan jawaban kebingungan pertama tentang hubunga rujak dengan mengenal tradisi masyarakat buah tropis. Ya betul, kami menerima ulasan yang disampaikan guru kami, bahwa rujaan merupakan ekspresi masyarakat yang melakukan budidaya dan menghasilkan buah tropis. Tetapi arahan diskusi kali kedua ini cukup membingungkan kami. 

Tak lama kemudian, uraian tersampaikan. Hubungan rujak buah tropis dengan perubahan iklim adalah posisi rujaan menjadi aktivitas inti dalam menggerakkan budidaya menanam buah. Dengan menanam buah, perubahan iklim dapat diredam. Hal tersebut dipaparkan, dengan kebedaraan pohon buah, suasana akan terasa rindang. Dengan keberadaan pohon buah juga, beberapa partikel gas yang menyebabkan emisi rumah kaca juga dapat terserap. Dengan demikian, tindakan sosial rujaan memiliki hubungan dengan perubahan iklim, dimana dengan rujaan, pohon-pohon yang menghasilkan buah akan tetap lestari, dan pada saat itulah dampak perubahan iklim akan sedikit dapat diredam.  

Kami menyebutnya sarasehan rujak. Kegiatan pembelajaran dengan model duduk bersama, dengan memperbincangkan rujak sekaligus tersajikan kudapan rujak, adalah sarasehan rujak. Menarik kan pembelajaran kami? Eh, ternya tidak sampai segitu aja lho. Usai ngobrol tentang rujak dan perubahan iklim, kelas kami lekas rujaan bersama. 

Kami duduk melingkar agak menebal. Siang itu kami disatukan sajian segar aneka irisan buah segar yang ditambah dengan ulekan bumbu sambal. Diruang yang tergelar karpet hijau, dengan sorot lighting ruang musik, lidah kami sedang berwisata rasa buah tropis. Semua memang tampak segar, tetapi rasa beraneka ragam.

Wisata rasa buah tropis, istilah kami mendokumentasikan kegiatan yang unik siang itu. Bagaimana rasanya buah nanas, kedondong,  mangga muda, timun, krai, blimbing, bengkowang, semangka, dan melon, terasa kami hafal. Buah nanas terasa manis tetapi agak asam menyegarkan. Kedondong, terasa asam manis dengan karakter kunyahan yang kuat. Untuk rasa mangga muda, cukup kuat sekali rasa asam kecutnya. Ekspresi semua siswa menampakkan wajah meringis. Tetapi mimik meringis itu tampak adaptif ketika irisan daging mangga muda itu dicolekkan di sambal rujak kami. Asam kecut tetapi tidak kapok untuk mencobanya. 

Kami pura-pura tidak mendengar saat pergantian jam pelajaran siang itu. Seakan tidak cukup dua jam saat pembelajaran dengan rujaan. Sesekali kami bercanda, sembari mengoles buah irisan tebal tipis. Sambal yang terasa nano-nano, terasa pedas bercampur asam jawa yang asam, dan karakter rasa kuat dari gula jawa, tak sadar habis. Irisan buah masih banyak, tetapi sambalnya sudah ludes. Seru dan menyenangkan. 

Itulah pembelajaranku, yang dihiasi rujak buah tropis. Rujak tropis telah menghiasi pembelajaran kelasku. Kami terasa mendapatkan semuanya. Kebersamaan, kehangatan, serta suasana penyadaran yang alami dalam memahami hubungan rujak dengan perubahan iklim. 

Dari proses pembelajaran siang itu, kami punya pesan kepada teman-temanku yang sedang belajar, khususnya yang sedang duduk di bangku SMA. Untuk model pembelajaran yang menyenangkan, kita dapat mengeksplore kekayaan tradisi dan sumber daya hayati yang kita miliki. Melalui model tersebut, kita terasa dekat dengan masyarakat, kita terasa dekat dengan alam, dan kita terasa hangat atas terpaan panasnya emisi gas rumah kaca yang telah memaksakan perubahan iklim terjadi. 

Usai rujaan, pembelajaran kami ditutup dengan program literasi lanjutan yang tema Gaya Hidup Dalam Perubahan Iklim. Link artikel tersebut lekas dikirim di wa group kelas untuk selanjutnya dibaca sebagai bahan persiapan pembelajaran selanjutnya.

Pembelajaran sudah usai, tetapi rombongan kelasku masih banyak yang duduk-duduk di ruang dekat halaman kebun obat dan tanaman pangan sekolahku. Entah kenapa kami tak lekas beranjak, padahal sambal sudah habis, tetapi mulutku tidak mau berhenti mengunyah. Salam rujak, Merdeka. 

baca juga artikel Gaya Hidup Saat Iklim Berubah

Penulis adalah Suhadi, Guru SMA Negeri 1 Pamotan 
Foto milik Diyah Evita Sari


Post a Comment

Previous Post Next Post