Pak Selamet & Pak Khusen, Nelayan Rembang

Pak Selamet & Pak Khusen, Nelayan Rembang


PENDAHULUAN

Alhamdulillah wa syukurillah atas berkat dan rahmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kegiatan kunjungan lapangan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasik Agung Rembang. Tujuan dari pembuatan laporan kegiatan kunjungan lapangan ke Tasik agung ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang nelayan-nelayan Tasik Agung beserta masyarakat disekitar. Selain itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Sukarno selaku kepala sekolah Sma Negeri 1 Pamotan yang telah memberikan ijin untuk melakukan kunjungan ke TPI Tasik Agung. Yang kedua yaitu kepada bapak Suhadi selaku guru mapel sosiologi sekaligus bapak wali kelas yang telah membimbing pembelajaran kunjungan lapangan ini, dan yang ketiga kepada pihak-pihak dari TPI yang telah menyempatkan diri memberi pengarahan dan penjelasan tentang ikan ikan dan aktifitas sehari-hari. Penyusunan / penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran pembaca untuk penyempurnaan.

PEMBAHASAN

Pelabuhan di Rembang terletak di JL. Dorang No. 2 Desa Tasik Agung Kec. Rembang. Lokasi yang strategis dan akses  jalan untuk memasuki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasikagung, Rembang sangat mudah sekali, bisa menggunakan kendaraan apa saja. Banyaknya ikan ikan yang dihasilkan setiap bulan hingga ber ton ton, membuat benyaknya pegawai dan nelayan yang berkerja disana. Serta hasil nya cukup memuaskan. 

Wawancara dengan Bapak Selamet (Doc. Ummi Nur Azizah, 2018) 
Salah satu nelayan di pelabuhan tersebut yang saya wawancarai adalah pak Slamet yang rumahnya tidak jauh dari pelabuhan. Pak Slamet sehari-harinya bekerja mencari ikan untuk menghidupi istinya dan dua orang anakanya. Sampai-sampai berbulan-bulan dia tidak pulang hanya untuk mencari ikan sebanyak-banyaknya. Semua badai dilewatinya dan tidak ada kata berhenti petir pun dilawan, katanya.

Kapal yang dikendarainya dibuat selama 4 bulan, satu kapal didalamnya terdapat 18 orang nelayan. Setiap hari Pak Slamet dan teman-temannya menurunkan jaring 10 kali. Kapal tersebut dibuat dari kayu jati dan diberi biber agar tidak bocor. Biasanya kendala yang biasa dialaminya adalah putusnya batek jaring sehingga jarinya tidak ada ikan, dan biasanya menabrak tongkang yaitu kapal pemuat kayu. Dalam perjalananya biasanya membutuhkan 3 hari 3 malam. Dan biasanya batas berlayarnya yaitu di kota baru, Pasareman. Jenis-jenis ikan yang biasanya dia tangkat adalah ikan kakap merah, kerapu, manyung, ikan munir, cumi-cumi, lobster, udang,dll. Apabila ikan yang ditangkapnya banyak dia dapat menghasilkan Rp.7.000.000 perbulan.

Selain itu masyarakat sekitar lokasi kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan, pedangan, dan membuka industri. Seperti bapak Ahmad Khusen yaitu warga disekitar pelabuhan yang  mempunyai industri ikan asap. Pak Khusen dan sekeluarga yang mendirikan industri tersebut. Industri nya berjalan selama 30 tahun. Didalam industri nya terdapat 8 orang pegawai yaitu keluarganya sendiri. Jenis ikan yang diasapi nya adalah ikan lonco, benggol, pindang, panggang, dll. Kendala yang biasanya dialaminya adalah apabila ikan tidak ada atau tidak ada setoran, selain itu hujan juga sangat berpengaruh sangat besar, karena apabila hujan harga ikan akan mengalami kenaikan.

PENUTUP 

Di pelabuhan Tasikagung saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang nelayan serta aktifitas masyarakat disekitar pelabuhan. Pesan dan kesan saya terhadap TPI di rembang adalah, semoga pemerintah  lebih memperhatikan pengelolaan TPI dan nelayan nelayan  dapat mendapatkan cara untuk mengatasi masalah-masalah nya.  

Penulis: Ummi Nur Azizah ( Siswa SMA Negeri 1 Pamotan ) 

Donwload naskah asli (DOWNLOAD)

Post a Comment

Previous Post Next Post