Laporan Perjalanan Fitri Lestari ke Vihara Ratanavana Arama

Laporan Perjalanan Fitri Lestari ke Vihara Ratanavana Arama

Penulis: Fitri Lestari*

Nama saya Fitri Lestari. Lahir di Rembang, 28 Februari 2001. Saat ini saya duduk dibangku sekolah menengah atas, kelas 11, jurusan ilmu-ilmu sosial. Hobbi saya adalah menyanyi. Baik itu musik pop, dangdut, jaz, dll. Cita-cita saya adalah menjadi atlet bulutangkis. Karena sejak kecil saya sangat menggemari permainan ini. Motto saya adalah "pilihlah apa yang kamu anggap benar, ungkapkan dari hati, kerjakan semampumu, gaperlu ngoyo, cukup jadi diri sendiri. Bagi yang minat tulisan saya bisa mengubungi via WA:089663776975/ Facebook;MUSDA. 

Berbicara mengenai kunjungan ke Vihara Ratanavana Arama, Sendang Coyo, Lasem, saya ingin menyampaikan kesan saya terhadap keberaadaan Vihara. Menurut saya kesan mendalam mengenai kunjungan lapangan di Vihara Ratanavana Arama adalah kerukunan antar umat beragam yang benar-benar dijaga betul keharmonisannya oleh masyarakat. Tidak ada perbedaan, pertentangan, dan permusuhan antara satu dengan yang lain. Perbedaan tidak merenggangkan hubungan persaudaraan mereka. Semua hidup berdampingan. Semua saling keterkaitan. Baik itu masyarakat beragama Islam maupun masyarakat beragama BUDHA. Bagi mereka perbedaan merupakan kesatuan yang harus dijaga. Dan mereka benar-benar menjaga dengan semangat persaudaraan. 

Mengenai letak Vihara, Vihara Ratanavana Arama berada di desa Sendang coyo, Lasem. Lokasinya bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Lokasinya bisa ditempuh melalui desa Warugunung maupun dari gunung Kajar, Lasem. Namun lebih dekat apabila melewati desa Warugunung. Dari SMA Negeri 1 Pamotan lurus sampai ke kuburan cina, belok kanan, lurus sampai SD Warugunung, belok kanan, ada sawah keatas lurus terus. Kedatangan saya disambut dengan ramah. Mereka sepeenuh hati menerima kedatangan kami untuk belajar agama BUDHA. Mereka menjelaskan tentang 5 situs yang ada di Vihara Ratanavana Arama dengan pelan dan suara yang nyaman didengar. Mereka sangat baik dalam memperlakukan tamu mereka, termasuk rombongan saya. Saya pun merespon mereka dengan baik juga. Tak lupa saya dan rombongan mengucapkan sapaan dalam agama BUDHA yaitu "Namo Budhaya" yang berarti "puji syukur atas kehadiran sang BUDHA". Kondisi yang saya rasakan ketika berada di Vihara Ratanavana Arama adalah udara yang sejuk, tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Hanya petugas&pengurus Vihara yang tampak muncul. Vihara tampak segar yang diterpa angin secara perlahan-lahan. Terlihat beberapa ekor anjing yang membuat saya agak ketakutan. 

   Dari segi keadaan tanah, Vihara Ratanavana Arama yang dulunya kering, tandus, dan terjal kini berubah menjadi daerah pegunungan yang lebat dengan tumbuhnya pepohonan sekitar Vihara yang menghiasi kanan kiri Vihara. Tanah di sekitar Vihara masih bisa ditanami tumbuhan, baik itu buah-buahan maupun sayur-sayuran. Ketersediaan air di Vihara Ratanavana Arama sudah cukup untuk mencukupi kebutuhan memasak dan mandi. Pengurus Vihara sangat berinovatif dalam mengelola air di lingkungan Vihara. Mereka membuat penampungan air hujan untuk di filtrasi agar kebersihannya terjaga untuk mengairi perkebunan sekitar. 

Tumbuhan yang hidup di sekitar Vihara adalah pohon beringin, palawija yang merambat di sekitar Vihara, daun sirih, pohon pete, pohon yodium, pohon mlinjo, lidah buaya, tanaman mojo yang memiliki rasa pahit, tanaman padi, pohon akasia dan pohon pinus. Juga buah yang tumbuh di sekitar Vihara Ratanavana Arama yaitu nangka, mangga, pepaya, buah naga, sirkaya patek, sukun, pete, kresen, kelapa, rambutan, jeruk, pisang, jambu klutuk, jambu mete, juwet. Ada juga bunga yang tumbuh menghiasi lingkungan Vihara. Teratai adalah bunga yang sering muncul. Selain itu ada mawar, melati, kederat, bunga kuning, bunga wayang, kamboja, kenanga yang biasa digunakan untuk kegiatan sembahyang. Struktur tanahnya yang berbatu yang kurang cocok digunakan untuk menanam bunga. Oleh karena itu pihak pengurus menanamnya di pot. Selain flora ada juga fauna yang hidup di lingkungan Vihara. Ialah anjing, kupu-kupu, mrutu, kumbang, tawon, dan hewan yang biasa ada di sekitar perkampungan. 

Di dalam Vihara Ratanavana Arama terdapat 5 situs dalam agama BUDHA, yaitu:
1. Situs Taman lumbini, yaitu tempat dimana Sidharta Gautama dilahirkan oleh ratu Mahamaya. Dalam kelahirannya beliau mendapat anugerah bisa berjalan dalam kelahirannya tersebut. Dalam berjalan itu sidharta berjalan sebanyak 7 langkah yang tiap langkahnya terdapat bunga teratai. 
2. Situs Penyiksaan diri, yaitu sebelum menjadi Sidharta Gautama, beliau melakukan pertapaan selama 6 tahun. Dalam pertapaan tersebut Sidharta tidak makan dan minum. Sehingga tubuhnya tampak kurus kering. Tujuan dari pertapaan tersebut adalah untuk mengetahui dan mencari obat bagaimana manusia bisa tua, meninggal, sakit, dan adanya peristiwa kelahiran. Dalam 6 tahun tersebut Sang Sidharta akhirnya berhasil menerima wahyu atau sudah mengetahui mengapa semua itu bisa terjadi. 
3. Situs Sidharta Gautama yang dibelakangnya terdapat cakra, yaitu bahwa kehidupan selalu ada saatnya dibawah maupun diatas. Sesuai dengan roda kehidupan yang selalu berputar. 
4. Situs Sidharta Gautama untuk yang pertama kalinya menyampaikan khotbahnya kepada 5 muridnya yang juga terdapat 2 ekor rusa. 
5. Situs Krida Tidur, yaitu patung Sang Budha yang sebenarnya sebenarnya meninggal dalam posisi tidur dengan mengarah samping kanan. 

Ada pun disamping bawah terdapat patung Sang Budha yang sedang bertapa. Ia dinaungi oleh seekor ular berkepala 7 agar beliau terhindar dari badai dan hujan. 

Saya berkunjung ke Vihara Ratanavana Arama yang tak lain dan tak bukan adalah untuk mempelajari sedikit tentang agama BUDHA, situs-situs sejarah dalam agama BUDHA, umat keagamaan BUDHA, dan pola interaksi sosial masyarakat sekitar Vihara. Karena saya anak sosial IPS 1, saya memutuskan untuk berkunjung ke Vihara Ratanavana Arama. Saya kagum dengan cara pandang mereka. Di desa yang tidak begitu luas, ternyata terdapat bermacam agama mulai dari Budha, Islam, Kristen, semua membaur menjadi satu tanpa ada satupun penghalang dan pembatas keduanya untuk berinteraksi. 

Fitri Lestari saat wawancara dengan masyarakat Sendangcoyo tematik kerukunan, Dok. Pribadi 2017


Fitri Lestari dkk setelah usai wawancara pola itneraksi sosial dan kerukunan,  Dok. Pribadi 2017
Kesan yang ingin saya sampaikan kepada pemerintah adalah untuk lebih menekankan pada pembangunan akses menuju Vihara seperti jalan, sarana komunikasi, dan perbaikan Vihara. Untuk jalan, pemerintah dapat lebih memperbaiki jalan-jalan yang berlubang dan terjal. Untuk komunikasi, pemerintah dapat membuat tower komunikasi, agar dalam mengakses internet bisa dilakukan dengan cepat tanpa sedikit gangguan. Kesan bagi pengunjung Vihara agar lebih menjaga sopan santun, mentaati peraturan yang ada, tidak menggunakan busana yang tidak senonoh, tidak merusak situs yang ada guna menjaga dan melestarikan situs yang ada. Kesan untuk anak sosial semacam saya sangat bagus mengadakan penelitian baik itu keberagaman beragama, toleransi, pola interaksi kerukunan sesama anggota masyarakat. Sedangkan anak mipa sangat dianjurkan untuk melakukan teknik pencangkoan dan teknik pertanian yang lainnya. Diharapkan penilitian ini dapat sedikit membantu warga sekitar dalam mengembangkan usaha pertanian dan perkebunan dengan pengetahuan dan teknik pembudidayaan. Hal yang saya petik dari perjalanan kunjungan ke Sendangcoyo adalah pentingnya hidup rukun, toleransi antar umat beragama, cinta kasih yang besar terhadap sesama, hiraukan perbedaan yang ada, dan bersatu untuk selalu mewujudkan perdamaian, keharmonisan dan kesatuan.

*Fitri Lestari adalah siswa SMA Negeri 1 Pamotan. Saat ini sedang duduk di bangku kelas XI Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. 

Post a Comment

Previous Post Next Post