Laporan Perjalanan Siti Khosiyah ke Vihara Ratanavana Arama

Laporan Perjalanan Siti Khosiyah ke Vihara Ratanavana Arama


Penulis: Siti Khosiyah*

Vihara Retanavana Arama terletak di desa Sendangcoyo, Kec. Lasem, Kab. Rembang. Rute perjalanan menuju Vihara ratanavana arama dimulai dari SMA N 1 PAMOTAN ke utara menuju daerah gunung bugel hingga masuk ke desa warugunung belok ke utara menuju hutan di sendang coyo lasem. Dalam perjalan kami melewati jalan yang berkelok - kelok, sempit dan menanjak. Kami juga melewati rumah penduduk, ladang, dan sawah. Sepanjng perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah. Mata kami pun dimanjakan oleh hijaunya pohon pohon di kanan kiri jalan. Dan wilayahnya yang berada diperbukitan membuat udara semakin sejuk tanpa polusi.

Masyarakat Vihara juga ramah, mereka tidak sama sekali terganggu akan adanya bangunan vihara di dekat rumah mereka. Karena letak Vihara di atas bukit maka sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai petani.Banyak sekali tanaman yang dapat kita temui diantara lain yaitu sawo, nangka, srikaya, mangga, sukun, pepaya, buah naga, rambutan, maja, jeruk, pete, gendondong, sirsat,maja, dll. Ada juga bunga dan hewan, bunganya seperti mawar, melati, kamboja, melati, akasia. Hewannya yaitu anjing, tupai, semut, burung, kupu-kupu dan lain sebagainya.
     
Vihara Ratanavana Arama sangat menarik dan berbeda dengan vihara-vihara lainnya di Indonesia.
Tahun 1985 vihara ratanavana arama berhasil didirikan dengan ditandai selesainya bangunan dhammasala. Di vihara ini terdapat rangkaian Patung Sang Budha (Sidhartha Gautama), mulai dari saat kelahiran sampai menjadi Budha hingga wafat, yang terbagi menjadi lima situs patung. Untuk melihat berbagai bentuk Patung Sidharta Gautama, dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung-patung tersebut dibangun di atas tanah yang konturnya miring.

Situs Pertama Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan sampai di situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang asri, di mana terdapat Patung Sidharta Gautama lahir, Dewi Mahamaya (Ibunda Sidharta Gautama), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter dan tujuh bunga teratai. Semua patung tersebut berwarna emas. Menurut cerita konon katanya Ratu Maya (ibu sidharta gautama) yang sedang berjalan jalan di taman lumbini tiba tiba berhenti ibawah pohon sala karena perutnya terasa sakit. dengan berpegangan pada dahan pohon sala dan dalam sikap berdiri itulah ratu melahirkan bayi laki laki. ketika itu tepat purnama sidhi dibulan vaisak tahun 623 S.M

Selanjutnya kita akan masuk pada situs kedua Sedikit naik dari situs pertama, kita akan tiba di situs kedua. Di situs ini terdapat Patung Sidharta Gautama setinggi tiga meter sedang duduk bersemedi di bawah pohon beringin
Badannya terlihat kurus kering (tulang rusuknya terlihat menonjol) dengan kedua tangannya diletakkan di depan perut. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama yang bersemedi selama tujuh tahun di Hutan Uruvela, India.

Selanjutnya di situs ketiga, terdapat Patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setingga dada, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu : Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran), dan Upekkha keseimbangan batin).

Di samping patung terdapat tembok yang bertuliskan beberapa ajaran utama Sidhama. Pahatan tulisan tersebut berbunyi “Jalan utama berunsur delapan :

(1) Pengertian benar,
(2) Pikiran benar,
(3) Ucapan benar,
(4) Perbuatan benar,
(5) Mata pencaharian benar,
(6)Daya upaya benar,
(7) Perhatian benar, dan
(8) Konsentrasi benar.”


Situs Keempat Di situs berikutnya, terdapat Patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya. disini juga terdapat patung seekor rusa. ini menggambarkan bahwa sidharta gautama telah menjadi budha gautama. Untuk pertama kalinya, Sang Budha menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya di Taman Rusa Isipatana, India.

Situs Kelima Semakin ke atas, kita akan sampai di situs kelima, di mana terdapat Patung Budha Tidur. Patung sepanjang 14 meter tersebut berada di sebuah bangunan terbuka. Sang Budha tidur dengan posisi tidur miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat di depan wajahnya.
Patung ini menggambarkan Sang Budha Gautama meninggal dunia dengan sempurna.

Selanjutnya kami ditunjukkan sebuah ruangan dimana ruangan tersebut sering digunakan sidharta gautama untuk bersemedi. dan didalam ruangan tersebut terdapat sebuah ruangan lagi.
Selanjutnya adalah Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) Selain kelima situs di atas, ada satu situs lainnya yang menjadi daya tarik Vihara Ratanavana Arama, yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera. Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian Patung Budha Gautama, kira-kira 200 meter di sebelah utara kompleks vihara. Miniatur Candi Borobudur ini dinamakan Candi Sudhammo Mahathera karena di dalam bangunan candi ini terdapat makam Bhante Sudhammo, sang pendiri vihara. Di Candi ini terdapat 49 buah stupa. Setelah di miniatur candi kami ditunjukan sebuah miniatur kapal, di dalam kapal terdapat ada sebuah patung Budha. Selanjutnya kami masuk pada ruangan sepertinya ruangan untuk sembayang agama Budha. Di sini kami di jelaskan tentang hari-hari besar agama Budha, kitab-kitab agama Budha. Kami juga dijelaskan mengenal tempat untuk memujanya orang Budha, dan dibacakan sedikit isi dari kitab Budha tersebut.

Siti Khosiyah, 2017
Untuk pengunjung, jangan mengotori Vihara dengan sampah, jangan rusak situs-situs di Vihara. Untuk teman-teman berkunjunglah ke Vihara untuk belajar seputar agama Budha, buktikan bahwa Lasem memiliki Vihara patut untuk di kunjungi dan du jaga. Untuk pihak pemerintah saya sarankan memberikan donasi dana untuk memperbaiki kawasan-kawasan Vihara yang sudah mulai rusak, agar pengunjung merasa nyaman.

Dari perjalan dan penelitian yang saya lakukan akhirnya kami menyimpulkan bahwa semua ajaran agama itu mengajarkan kebaikan menurut ajarannya masing masing. oleh karena itu kita harus saling menghormati satu sama lain. perbedaan ras, budaya, suku bangsa, agama tidak menjadi halangan untuk kita saling menghormati, dan menghargai.
   
Ini adalah pengalaman dari saya, semoga bermanfaat.

* Siswa SMA Negeri 1 Pamotan saat ini sedang duduk di bangku kelas XI Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Post a Comment

Previous Post Next Post